Jumat, 07 November 2008

"sic deus dilexit mundum....."

301

Apakah Tuhan Menghukum?

Seorang ibu yang mencubit buah hatinya atau seorang guru yang mensetrap
salah seorang muridnya untuk berdiri di depan kelas boleh kita sebut
"menghukum". Namun hukuman ini adalah ungkapan cinta kasih, yang
tujuannya adalah untuk mendidik, mendorong untuk menjadi manusia yang
lebih baik.

Seorang bos mafia yang menghabisi seluruh keluarga dan tetangga di
sekitarnya karena kesalahan yang dibuat satu orang di lingkungan
tersebut juga memberi hukuman. Hukuman ini tidak dapat kita sebut
sebagai ungkapan cinta kasih, melainkan metode untuk melanggengkan
kekuasaan melalui teror.

Teroris yang meledakkan sebuah pencakar langit dan menghabisi ribuan
nyawa orang tak berdosa karena "kesalahan" atau "dosa" yang diperbuat
negara dimana pencakar langit itu berada juga memberi hukuman. Hukuman
ini tidak dapat kita sebut sebagai ungkapan cinta kasih, melainkan
ambisi untuk menegakkan ideologi melalui kekerasan.

Hukuman yang merupakan ungkapan cinta kasih selalu ditujukan HANYA pada
si pelaku dosa, dan bukannya ditujukan kepada orang-orang lain yang tak
berdosa, seperti yang dilakukan para bos mafia atau teroris.

Hukuman yang merupakan ungkapan cinta kasih selalu masih berada dalam
batas kemampuan si penerima hukuman untuk menanggungnya, dan yang lebih
penting lagi: hukuman itu membuka kesempatan kepada si pendosa untuk
bertobat dan menjadi manusia yang lebih baik.

Bagaimana dengan bencana alam yang mencabut nyawa lebih dari 150 000
orang, sebagian besar tak berdosa, wanita tua, dan anak-anak? Siapakah
yang melakukan kesalahan dan dosa, dan siapakah yang menanggung hukumannya?

Jika benar bahwa bencana alam itu adalah sebuah hukuman, maka apakah
bedanya dengan bos mafia atau teroris yang membunuh orang-orang tak
berdosa sebagai peringatan atau hukuman atas "dosa" yang dilakukan orang
lain?

Di dalam hati kecil saya, saya yakin bahwa Tuhan yang saya sembah tidak
demikian.

Tuhan yang saya sembah barangkali sekali-sekali akan menghukum atau
menegor saya, seperti ibu yang mencubit buah hatinya atau guru yang
mensetrap muridnya, tetapi saya akan selalu diberi kesempatan untuk
bertobat dan menjadi lebih baik.

Tuhan yang saya sembah bukan bos mafia atau teroris yang menghabisi
nyawa orang-orang tak berdosa, dan memberi penderitaan dahsyat, sebagai
hukuman atau peringatan kepada para pendosa di tempat lain.

Tuhan yang saya sembah bukanlah penguasa yang melanggengkan kekuasaanya
melalui teror dan ketakutan.

Tuhan yang saya sembah adalah Tuhan yang mencintai saya dengan cinta
yang sedemikian besarnya.

Saya menyembah Tuhan, karena saya mencintaiNYA. Bukan karena teror atau
rasa takut yang IA tanamkan.

"sic deus dilexit mundum....."
(For God So Loved The World ....)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar